FanFiction - Let Me Life More


Yha, ini yang pertama kali diterbitin, tapi bukan yang pertama di buat, hehe... :)
Yang pertama dibuat, karena berupa series, jadi belum bisa dikeluarin. Sedangkan yang ini cuma oneshot, itu aja bukan oneshot pas, soalnya lebih pendek dari oneshot.... Nikmatilah...


Biarkan Aku Hidup Lebih Lama Lagi

Untuk kali ini saja. Biarkan aku menikmati hidup ini lebih lama bersamanya. Aku…benar-benar ingin hidup bersamanya.



“Kwon Jirral!” teriak seorang wanita memanggil seorang lelaki yang berdiri mencari sesosok orang, entah siapa. Dia menoleh ke arahnya lalu tersenyum, melambaikan tangan dan menghampiri wanita yang tadi memanggilnya.


Sesampainya di tempat wanita itu duduk, Kwon Jirral berkata, “Mianhae… aku sudah semampu mungkin untuk tidak datang terlambat. Aku benar-benar minta maaf,” dengan perasaan penuh sesal namun bahagia karena wanita itu masih setia menunggunya.

“Ya, sudahlah. Aku juga berpikir bahwa kau akan telat. Aku juga baru saja tiba,” kata wanita itu menenangkan hati Kwon Jirral.

“Baiklah. Sekarang kita akan pergi ke mana?” tanya wanita itu penuh selidik.

“Ikut aku!” perintah Kwon Jirral sambil menggandeng tangan sang wanita. Tak lama kemudian, mereka sampai di sebuah bukit. Bukit itu tak jauh dari kota, namun juga tak dekat dari kota. Dari puncak bukit akan terlihat pemandangan indah lampu seluruh kota pada malam hari. Bagaikan lautan bintang yang sangat luas.

“Ayo naik. Kita sudah sampai,” kata Kwon Jirral menggandeng tangan sang wanita dengan lembut. Menuntunnya hingga mencapai puncak.

“Wahhh! Kwon Jirral…. Ini…. Ini indah sekali,” terang wanita. Tak percaya dengan apa yang dilihatnya itu. Sebuah kesempatan yang mungkin tak akan dapat ia lihat lagi. Ia benar-benar senang. Tangannya meremas tangan Kwon Jirral lebih kuat. Kwon Jirral membalasnya. Lalu ia menyuruhnya duduk di tempat yang sudah ia persiapkan. Dengan pemandangan itu, di atas bukit yang dikelilingi oleh bunga di sekitarnya. Jauh dari kebisingan tapi tetap dapat mendengar suara hiruk pikuk kota walau samar-samar. Dengan hiasan lilin di atas meja makan. Mereka menghayati saat-saat itu. Penghayatan yang sangat mendalam. Seolah-olah enggan untuk melepaskan suasana seperti itu.

+++++
Myung Yoon POV
Aku tak mampu lagi untuk berkata. Apa yang telah ia lakukan padaku, mengubah persepsiku tentang dunia ini. Aku, mengganggap dunia ini adalah sebuah neraka, dengan kedatangannya berubah menjadi sebuah surga. Aku mencintainya. Benar-benar mencintainya. Aku ingin hidup bersamanya. Aku mencintaimu, Kwon Jirral. Sangat-sangat mencintaimu.

+++++
Kwon Jirral POV
Hanya ini yang bisa kuberikan, Myung Yoon. Aku hanya bisa memberi ini sebagai kado ulang tahunmu. Semoga bukan ulang tahun terakhirmu. Aku mencintaimu. Sangat mencintaimu.

+++++

Di WC, sang wanita merasa dadanya penuh sesak. Ia merasakan sakit yang luar biasa. Ia tahu penyakitnya kambuh. Ia harus segera menemui Kwon Jirral. Akhirnya ia melangkah keluar, menuju tempat di mana orang-orang menantinya untuk menyaksikan pernikahannya dengan Kwon Jirral. Dengan terhuyung, ia dapat berjalan ke altar tanpa pengiring. Orang-orang melihatnya dengan iba. Kwon Jirral segera berlari mendekatinya dan memapahnya.

Gwaenchanayo?” tanya Kwon Jirral penuh kekhawatiran.

Na gwaenchana. Ayo…kita teruskan acara pernikahan…ini,” jawab wanita itu terbata. Menahan sakit di dadanya.

+++++

Campuran

‘Aku…harus kuat…. Aku…akan menikah…denganmu. Sebentar lagi. Aku mohon…sebentar saja…kuatkan aku Tuhan.’

‘Bertahanlah. Sebentar lagi aku menjadi milikmu dan kau menjadi milikku. Bertahan sedikit lagi.’

Para tamu duduk. Menyaksikan adegan yang sangat mengaharukan. Iringan musik dilantunkan oleh Young Bae. Pendeta segera mengikrarkan janji kepada sepasang mempelai itu.

“Ya. Aku bersedia dengan sepenuh hati. Menerimanya sebagai istriku. Dalam susah maupun senang. Sampai akhir hayatku.”janji Kwon Jirral.

Pendeta mengikrarkan janji pada Myung Yoon yang sedang sekarat.

“Aku…. Y-ya. A-ak-aku bersedia dengan…sepenuh hati. Menerima Kwon Jirral seb…bagai suamiku. Dalam susah dan senang. Sampai…akhir hayatku,” dengan sekuat tenaga ia mengucapkannya, peluh berceceran dari seluruh tubuhnya yang gemetar hebat.

Mereka lalu menematkan cincin pada masing-masing jari pasangan. Tiba-tiba, Myung Yoon terjatuh. Ia tau ajalnya akan menjemputnya.

+++++

‘Kwon Jirral, terima kasih telah memberikan kekuatanmu.’

“Myung Yoon~a. Gwaenchanayo?”tanya Kwon Jirral dengan air mata perlahan jatuh.

‘Terima kasih telah membagikan kebahagianmu. ‘

“Kwon Jirral, tenanglah,”ujar Young Bae di sampingnya.

‘Terima kasih telah memberikan arti di hidupku….’

“Kwon Jirral… yeobbo..,” panggil Myung Yoon terbata.

Ne. Aku di sini,” jawab Kwon Jirral, tak mampu membendung tangisnya.

‘Aku benar-benar ingin hidup denganmu….’

“Aku….sudah menjadi istrimu. Aku….senang sekali,” kata Myung Yoon. Perlahan, air matanya mengalir semakin deras.

‘Kwon Jirral…. Andai aku bisa hidup lebih lama denganmu. Andai aku mengenalmu sejak dulu….’

Para tamu tertegun terisak memandangi peristiwa itu. Mereka menangis ikut sedih akan apa yang terjadi. Young Bae, Dae Sung, Seung Hyun, Seung Ri juga tak luput dari tangisan. Young Bae masih tetap memegang pundak Kwon Jirral meski ia tahu, ia pasti juga akan sama dengan Kwon Jirral jika ia mengalami hal serupa.

“Myung Yoon~a,” panggil Kwon Jirral sambil menyeka airmata Myung Yoon.

‘Andai aku tidak mengidap penyakit ini….’

N-ne-e…” jawab Myung Yoon. Suaranya mulai menghilang. Ia melemah. Air mata terus mengalir dari matanya. Ia benar-benar tidak ingin pergi secepat itu.

Saranghaeyo, Myung Yoon~a,” kata kwon Jirral kemudian menyeka air matanya.

Myung Yoon tersenyum tipis, “Berjanjilah…untuk tidak meninggalkanku. Walau..a-aku meninggalkanmu. Ber..janjilah untuk te..tap disamp-sampingku, Kwon Ji-jirral…”

‘Akan kukatakan padamu, bahwa aku….’

“Aku berjanji Myung Yoon. Aku akan ada di sampingmu selalu,”

Setelah itu, Kwon Jirral mencium lembut kening Myung Yoon. Myung Yoon mulai memejamkan matanya perlahan, kemudian membuka lagi sekuat tenaga.

“Aku…tidak bisa melihatmu…. Jangan matikan lampunya..,” kata Myung Yoon seperti ketakutan.

“Aku di sini. Di sampingmu,” kata Kwon Jirral

‘…bahwa aku…sangat membutuhkanmu. Sangat ingin memilikimu. Sangat mencintaimu...’

“Aku mencintaimu, Myung Yoon,” kata itu diucapkan penuh rasa sayang. Lalu Kwon Jirral mencium lembut bibir Myung Yoon, seketika itu juga, Myung Yoon membalas ciumannya dengan perlahan sambil menutup matanya. 

Disela-sela ciuman itu, Myung Yoon sempat mengucapkan sepatah kata, “Saranghaeyo, Kwon Jirral”

Kata terakhir yang mengiringi kepergian Myung Yoon selamanya.

+++++

Jika boleh aku berkata, aku akan merelakan apapun demi hidup bersamamu. Aku ingin memilikimu. Sebagai teman hidup hingga akhir hayat. Aku mencintaimu, Kwon Jirral.

Aku mencintaimu, Lee Myung Yoon.

++THE END++



Keterangan:

 

  • Mianhae                : Maaf 
  • Gwaenchana?        : Baik-baik sajakah?
  • Na gwaenchanayo  : Aku baik-baik saja  
  • Yeobbo                 : Suami  
  • Ne                        : Ya  
  • Saranghaeyo          : Aku mencintaimu

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright 2009 My First Blogz. All rights reserved.
Sponsored by: Website Templates | Premium Wordpress Themes | consumer products. Distributed by: blogger template.
Bloggerized by Miss Dothy